12.11

Keagungan Ibadah Haji

Oleh : Makkeyyah Zaedan*

Bagi seorang Muslim, dapat melaksanakan Rukun Islam yang kelima merupakan anugrah yang sangat berharga. Bagaimana tidak, untuk dapat datang sendiri mengunjungi kota yang dimana Rasulullah melaksanakan wahyu yang diterimanya langsung dari Allah bukanlah satu kesempatan biasa, tapi perlu banyak perjuangan yang ditempuh. Apalagi bagi para penduduk yang bertempat tinggal jauh dari Nergara Arab, seperti Indonesia. Bukan hanya persiapan mental dan kesehatan yang harus dimiliki, tapi tentu juga harus memenuhi persyaratan financial yang memadai, dan ini tentu tidak semua orang yang diberi kesempatan untuk melaksanakan ibadah yang agung ini.

Rasullah Saw, bersabda dalam sebuah hadist, Ya ayuha an-nas innallaha furidzo alaikumul hajj fahajju,( Hadist riwayat Muslim) Wahai umat manusia, sesungguhnya Allah mewajibkan haji atas kamu. Maka laksanakanlah haji. Dari sini dapat diketahui bahwasanya Allah sendiri mewajibkan haji bagi manusia karena banyaknya keutamaan-kautamaan yang terdapat didalamnya. Tapi ini terkait kembali pada Firman Allah yang berbunyi “Wa lillahi `ala an-Nasi hijjil baita man istato`a ilaihi sabiila” jadi kewajiban haji diatas hanya diperuntukkan bagi umat Muslim yang mampu. Pada hadist lainnya diterangkan pula bagi orang yang belum melaksanakan haji sementara ia mampu menunaikannya, maka pada keadaan seperti ini ia wajib segera menunaikannya. Ini berdasarkan riwayat dari Ibn `Abbas bahwasanya nabi Muhammad Saw, bersabda yang artinya “ Bersegeralah kalian menuanaikan haji, yakni haji wajib, karena sesungguhnya seseorang diantara kamu tidak tahu apa yang akan terjadi padanya ( HR Imam Ahmad bin Hambal). Telah jelas diterangkan dalam hadist ini untuk tidak menunda ibadah haji jika telah memenuhi semua persyaratan, karena sebagai manusia kita tidak akan pernah tahu apa yang akan menimpa kita. Contohnya apabila ternyata datang suatu musibah, yang akhirnya harus menggunakan tabungan uang yang seharusnya digunakan untuk pergi haji. Atau datangnya ajal yang tidak satupun dari kita dapat mengetahui kedatangnnya.

Salah satu yang harus dimiliki untuk dapat beribadah haji adalah bekal dan harta yang halal. Karena melaksanakan ibadah ini dengan menggunakan harta yang haram dapat menepis dari barakah yang akan di berikan oleh Allah Swt, dan juga terhindar dari ridho-Nya. Padahal orang yang melakukan haji wajib berniat untuk mencari keridhoan Allah Swt, dan kebahagiaan hari akhir. Lagipula, jika kita telah mendapatkan ridho Allah, maka dalam pelaksanaan setiap rukun-rukun haji dengan hati yang tenang dan tentram walau dalam kondisi apapun juga.

Yang harus dikerjakan dalam ibadah haji lainnya adalah kepatuhan dan ketaatan pada Allah Swt, Karena sebagaimanpun kita hanyalah makhluk yang hina dihadapan sang pencipta Agung. Di Tanah suci juga tidak dibenarkan untuk menyimpan perasaan sombong walau secuil apapun. Ini dibuktikan dengan beberapa cerita unik dari para jamaah haji. Misalnya ada orang yang mengakui mengetahui semua tempat di Makkah, ternyata tiba-tiba dia tersasar di tempat yang sangat asing. Atau ada yang pergi haji dengan uang haram, tiba-tiba uang yang berada ditasnya lenyap semua, entah kemna hilangnya. Juga ada yang mengumpat dengan kata-kata kotor, ternyata beberapa saat kemudian bibirnya jadi pecah-pecah sambil mengeluarkan darah, ataupun kejadian dimana ketika di Masjidil Haram menghina orang yang sholat didepannya dengan kaos kaki bolong, namun beberapa saat kemudian kaos kakinya lah yang bolong. Dari semua cerita ini membuktikan bahwasanya benar-benar dibutuhkan keikhlasan hati dan ketaatan kepada Allah Swt.

Ada tiga point besar yang terdapat dalam pelaksanaan haji. Pertama, adalah bentuk penyerahan diri manusia kepada Allah secara total. Ini dibuktikan pada pelaksanaan tawaf, sa`i wukuf, mencukur rambut dan pelaksanaan rukun dan sunnah haji lainnya. Dan dalam pelaksanaan dari setiap ibadah ini harus disertai juga dengan mengakui kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.

Kedua, adalah bentuk perwujudan dari ukhuwah Islamiyah yang selama ini selalu digembor-gemborkan oleh Islam. Karna dalam ibadah ini seorang Muslim dapat bertemu langsung dengan saudara Muslim lainnya dari Negara dan daerah yang berbeda. Juga terlihat betapa agungnya Allah yang telah menciptakan Manusia dengan wujud yang berbeda-beda. ” Dan kami jadikan kamu berbangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal” (Q.S Al-Hujuraat : 13). Bahkan menurut salah satu orientalis bernama Snouck Horgronye ibadah haji merupakan kekuatan yang dahsyat dalam menumbuhkan solidaritas antar sesama Muslim di dunia yang tidak dapat dihilangkan, dan upaya apapun untuk menghancurkan Islam tidak akan bisa selama ibadah haji masih dilakukan setiap tahunnya.

Ketiga, Haji juga merupakan tempat untuk penggemblengan mental dan spiritual bagi seorang Muslim untuk sampai kepada derajat yang lebih tinggi dihadapan Allah. Dari setiap kejadian yang dirasakan para jamaah haji akan diperlihatkan kebesaran Allah. Salah satunya adalah saat melihat jutaan manusia datang melaksanakan ibdah haji dengan semata-mata mengharapkan keridhoan Allah. Maka akan diperoleh kesadaran untuk lebih memanfaatkan hidup yang harus dijiwai dengan semangat ibadah kapanpun dan dimanapun.

Bagi para jamaah haji juga dianjurkan untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah seperti Makam Nabi Muhammad, gua Hira tempat turunnya wahyu pertama, dan tempat-tempat lainya. Ini semua dimaksudkan untuk mengetahui kebesaran Allah akan ciptaanya, sehingga menambah kadar keimanan. Tapi perlu digarisbawahi lagi, bahwa ziarah ini bukan termasuk rukun Haji sehingga jangan sampai dijadikan prioritas, dan kewajiban utama dilupakan. Seperti orang yang sibuk berfoto ditempat-tempat sejarah dan mengabaikan kewajiban utamanya dalam pelaksanaan haji. Sehingga ibadah yang dilakukannya seperti kehilangan ruh, dan banyak juga didapati contoh-contoh seperti ini yang ketika kepulangannya dari haji tidak merubah kebiasaan buruknya. Haji dapat, maksiat tetap jalan.

Akhirnya yang diharapkan dari pelaksanaan ibadah ini adalah benar-benar mendapat karunia dari Allah agar diberi keteguhan pada agama-Nya, keselamatan dari apa-apa yang menyalahi-Nya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penyantun lagi Maha Mulia. Wallahu a`lam bi as-Shawab.

* Senior Informatika dan Koord. Bid. Publikasi & Penerbitan WIHDAH-PPMI 2006-2008

Tulisan ini telah dimuat di rubrik Keislaman Buletin Informatika

Selengkapnya......
18.41

Hikmah Zikrullah

Oleh : Agus Taufik Rahman

''Ingatlah kamu pada Allah maka pasti Allah akan mengingat kamu.'' (QS al-Baqarah [2]: 152). Dalam tafsir Al-Jaami al ahkam al-Qur'an, Imam Al-Qurthubi mengatakan bahwa pengertian ayat tersebut adalah, ''Jika seorang hamba ingat kepada Allah, yaitu dengan melakukan ketaatan kepada-Nya, maka Allah akan mengingatnya dengan memberikan pahala dan ampunan.''

Abdullah bin Basar RA menyebutkan ada seorang laki-laki berkata, ''Ya Rasulullah, sesungguhnya syariat Islam itu telah cukup banyak dalam pandangan saya, untuk itu beri tahu saya dengan sesuatu yang bisa saya jadikan pegangan.'' Lalu Rasulullah bersabda, ''Lidahmu itu akan terus basah dengan berzikir kepada Allah.'' (HR Ibnu Majah).

Mengingat Allah seharusnya tidak hanya dalam keadaan susah dan terjepit saja, karena dalam sebuah hadis Rasulullah mengatakan, ''Ingatlah Allah di waktu engkau senang, maka Allah akan mengingat kamu di waktu susah.'' Orang Muslim yang ta'at adalah yang seluruh tindak-tanduknya senantiasa mengandung muatan ibadah sebagai pertanda zikir kepada Allah, baik dalam keadaan senang maupun susah, lapang, ataupun sempit. ''.... Yaitu orang-orang yang mengingat Allah SWT baik dalam keadaan berdiri, duduk, maupun berbaring.'' (QS Ali Imran [3]: 191).

Senada dengan ayat di atas ungkapan seorang sahabat sayyidina Ali RA yang mengatakan ''hidup kami segalanya untuk ibadah'' patut dijadikan teladan bagi seorang Muslim yang senantiasa mendambakan keridhaan dari sang pencipta.

Allah SWT berfirman salah satu tujuan dari mengingat Allah (zikirullah) adalah untuk memohon ampunan kepada-Nya atas dosa-dosa yang telah diperbuat. ''Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya ....'' (QS Ali Imran [3]: 135).

Maha besar Allah SWT yang sangat mencintai orang yang senantiasa berzikir kepada-Nya, Ia menjanjikan limpahan pahala yang berlipat ganda untuk pemilik qalbu (hati) yang tiada henti berzikir mendekatkan diri kepada-Nya.

Tulisan ini diambi dari : republika online

Selengkapnya......
17.50

Kursus Komputer IKPMA


Pelatihan Komputer yang diadakan Oleh IKPMA-RAM (Ikatan Keluarga Pelajar & Mahasiswa At-Taqwa - Republik Arab Mesir) pada tgl 31 Agustus s/d 4 Agustus 2007

website detik online

Selengkapnya......
17.45

Pernak-pernik Sosial Budaya Mesir

Banyak hal “unik” yang akan kita jumpai, ketika kita melihat dinamika sosial budaya di Mesir. Gambaran kehidupan sosial budaya Mesir laksana bangunan tua yang terlihat seolah-olah sangat lelah dan payah, tiang-tiang bangunannya telah termakan usia perjalanan zaman yang sangat panjang, dan dinding-dinding tambal sulam perpaduan antara bahan peradaban lama dengan baru, serta atapnya berwarna keruh berdebu tebal. Dalam bangunan usang itu pernah adanya generasi demi generasi silih berganti dengan beragam corak karakter dan identitasnya. Sewaktu kekaisaran Romawi menduduki wilayah Mesir, penduduk Mesir masih menganut animisme. Sejarah menyatakan bahwa imperium Romawi tersebut melakukan penindasan dan pemerasan hasil bumi penduduk untuk kepentingan para penguasa di Romawi (Eropa Lama). Sampai ketika Islam datang dari jazirah Arab tahun 641 M membebaskan Mesir dari penindasan dan pemerasan bangsa Romawi. Banyak kita jumpai peninggalan-peninggalan bersejarah di bumi kinanah ini, dari masa Firaun hingga masa pemerintahan Islam.

Ajaran Islam yang dianut mayoritas penduduk negeri ini semenjak berabad-abad sangat mempengaruhi karakter dan watak masyarakatnya. Meski sisa-sisa perwatakan Firaun masih terkadang kita junpai, juga dalam sikap sebagian individu dalam masyarakat maupun di elemen pemerintahan. Keadaan negeri ini sekarang meski harus menghadapi arus modernisasi, namun kehidupan agamis dengan sentral tempat Ibadah tetap banyak ditemui dimana-mana. Suasana agamis masih banyak kita rasakan di tengah-tengah masyarakat Mesir. Kehidupan beribadah di masjid-masjid cukup semarak. Terlebih dibulan Ramadhan, mulai dari shalat Tarawih, Tahajud dan budaya i’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan menjadi pemandangan yang menyejukkan hati. Ghirah persaudaraannya tehadap semama muslim juga sangat kuat. Sebagai contoh, ketika negara kita dilanda krisis ekonomi dan musibah atau bencana alam yang di alami oleh bangsa Indonesia, yang imbasnya sangat kuat sekali terhadap kondisi Mahasiswa Indonesia di luar negeri, di Mesir khususnya, banyak dari para dermawan Mesir yang memberikan bantuan kepada para mahasiwa kita, baik berupa sembako, uang, ataupun tempat tinggal. Apalagi kalau ada penindasan terhadap saudara-saudara seiman dan seaqidah di negara lain, dengan serentak masyarakat Mesir melakukan demonstrasi sebagai penolakan dan solidaritas terhadap saudara-saudara yang tertindas, seperti kejadian pembantaian di Palestina oleh Zionis Israel, tindakan arogansi Amerika terhadap Afganistan, Irak, dan penindasan-penindasan lain terhadap kaum muslimin di belahan dunia lainnya.

Kondisi ekonomi masyarakat Mesir yang termasuk rendah, tidak membuat wajah-wajah penduduk menjadi cemberut. Senyum penjual makanan ful dan tho’miyah dapat memberi rasa tersendiri terhadap makanan yang dijualnya. Tidak jarang mereka bercanda dengan kita. Hanya saja, kita terkadang merasa “jengkel” dengan canda-canda mereka. Barangkali sifat qona’ah yang ditanamkan oleh Islam meninggalkan bekas yang kental dalam kehidupan masyarakat Mesir. Kalau tidak, mungkin kita banyak melihat orang stres di negeri ini. Betapa tidak, kemiskinan, ketidakteraturan lalu lintas, pemerintahan yang tidak segan-segan memenjarakan penduduknya, dan masih banyak lagi kondisi yang dapat mendorong orang menjadi stres. Tapi justru hal itu tidak terjadi di negeri ini.

Kebiasaan sehari-hari dimasyarakat juga unik. Terkesan perilaku budaya mereka yang beriman kepada Tuhan YME, saling mengungkapkan kasih sayang, hati yang mudah kasihan, berlapang dada dan tidak pendendam. Tetapi disamping itu ada pula perilaku sebagian mereka yang banyak bicara, suka marah dan mencela, sikap puas, bangga dan memuja keadaan yang ada atau bisa dikatakan “sombong”, sehingga muncul ungkapan seperti, Misr Ummud Dun-ya, Misr Ahsan Fil 'Alam, dan lain sebagainya. Berbicara kriminalitas di Mesir, tampaknya masih lebih minim bila dibandingkan kota-kota besar dinegara lain. Tapi, tidak memungkiri kita sering melihat banyak pencopetan dan pencurian dimana-mana. Di bis, kuliah, rumah dan sebagainya. Jika dibandingkan dengan kota-kota besar di negara lain, kriminalitas di negara ini masih dalam skala kecil.

Disamping itu kita juga akan menemukan kontradiksi yang dapat kita saksikan dalam aspek kehidupan rakyat Mesir, seperti budaya orang-orang kaya yang gemar kendaraan impor mutakhir. Sementara disisi lain masih ada saja orang miskin di kota yang mengendarai keledai. Mungkin kriteria negara Mesir ini “antik”, begitu ungkapan sebagian orang. Orang Mesir dikenal juga memiliki ikatan keluarga yang erat. "Bangsa ini punya kelebihan dalam menjaga hubungan keluarga yang kuat. Dengan kekuatan hubungan keluarga itu dapat membebaskan mereka dari kemelut hidup yang dihadapi.." demikian menurut seorang wartawan Jerman. Seorang wartawan Cina juga berkomentar, "Yang menjadi perhatian saya terhadap bangsa ini adalah sikap puas dan merasa cukup serta rasa bahagia, tapi bukan karena dampak materi, namun lebih ditunjukkan oleh sikap spiritual. Setiap hari saya menyaksikan seorang penjaga gedung (bawwab) yang tinggal didepan apartemen saya. Dia tinggal bersama isteri dan enam orang anaknya dilantai dasar yang hanya ada satu kamar mandi. Namun saya perhatikan penjaga itu tak pernah cemberut, malah suka bercanda dan tersenyum.."

Di Mesir menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa nasional. Bahasa Perancis dan Inggris juga dipakai setelah bahasa Arab. Di bumi para Nabi ini, budaya membaca dan tulis-menulis sangat maju, terbukti dengan banyaknya buku baru yang terbit dalam waktu yang cukup berdekatan. Di Negeri ini juga banyak buku baru yang terbit secara Intensif. Media massanya juga terbuka. Budaya beli buku adalah pemandangan umum yang terjadi disetiap awal tahun ketika pameran buku internasional (book fair) digelar dipusat kota Cairo. Kesempatan ini dimanfaatkan mahasiswa sebagai ajang beli kitab besar-besaran karena harga yang relatif lebih murah.

Di Mesir juga, kita jumpai banyak ulama dengan kaliber Internasional, ulama yang tawaddu’ dan ikhlas mengajarkan ilmunya kepada orang yang menuntut ilmu. Namun anehnya, tingkat buta huruf di Mesir masih tinggi juga. Kontradiksi serupa dapat kita saksikan pula pada aspek-aspek kehidupan lainnya seperti budaya orang-orang kaya yang gemar memiliki kendaraan impor mutakhir. Sementara di sisi lain, masih ada saja orang miskin di kota yang mengendarai keledai.

Ada juga hal-hal yang seharusnya tidak terjadi di negara kuat keislamannya seperti Mesir ini. Seperti kurang diperhatikannya masalah kebersihan, tidak adanya kedisiplinan lalu lintas, administrasi yang semrawut dan kondisi-kondisi lain yang aneh. Maka, tidak jarang dalam urusan-urusan administrasi, seseorang yang capek-capek antri dalam waktu yang lama, ketika tiba gilirannnya dibilang “Bukroh (Besok)!” atau “kaman nifsu sa’ah (setengah jam lagi)!” Sehingga dibutuhkan satu kesabaran yang tinggi dalam urusan-urusan di negeri ini. Tapi, bila kita pandai melobi (Bernujamalah), biasanya urusan menjadi lebih mudah dan cepat beres. Itulah segala pernak-pernik kehidupan sosial dan budaya di Mesir. Mungkin banyak yang belum kita jumpai segala keunikan sosial budaya di negri gudang peradaban dan ilmu pengetahuan ini. Penulis berharap semoga hal ini bisa bermanfaat bagi para pembaca!

Tulisan ini pernah dimuat di Buletin AHSANTA KMB (Kekeluargaan Mahasiswa Banten) - Mesir

Selengkapnya......